Pages

Peninggalan Napoleon Bonaparte hingga Hubunganya dengan Raja Jawa


Menyebut nama Napoleon Bonaparte yang terlintas di benak adalah Revolusi Perancis atau pertempuran-pertempuran besar Eropa abad ke-19 yang ia pimpin. Nama Napoleon Bonaparte memang jarang disebutkan dan mungkin tidak ada dalam buku atau pelajaran sejarah perjalanan bangsa Indonesia bahkan sebagian orang menganggap Napoleon tidak memiliki hubungan sejarah dengan bangsa Indonesia.

Namun faktanya jauh sebelum negara Indonesia berdiri sang Kaisar Perancis telah menjalin hubungan dengan Penguasa Jawa pada saat Keraton Surakarta diperintah oleh Raja Pakubowono IV dari Trah Mataram-Surakarta yang bertahta 1788-1820 dan Praja Mangkunegaran dibawah kepemimpinan Mangkunegara II (1796-1835).

Pada waktu perang berkobar di seluruh Eropa, Napoleon yang memimpin pasukan Perancis berhasil menguasai beberapa negara Eropa termasuk Belanda yang jatuh ke kekuasaan Perancis pada 1795, sedangkan pada saat itu Hindia-Belanda masih dalam kekuasaan Belanda, yang berarti secara otomatis menjadikan Hindia-Belanda masuk ke dalam koloni Perancis. Belanda kemudian diserahkan kepada adiknya yaitu Louis Bonaparte atau orang Belanda menyebutnya Lodewijk Napoleon, demi mengamankan wilayah Hindia-Belanda terutama tanah Jawa dari serbuan Inggris Napoleon melalui adiknya Louis Bonaparte mengutus Herman Willem Deandels sebagai Gubernur Jenderal baru Hindia-Belanda, Deandels tiba di Hindia-Belanda pada tahun 1807 dimana pada saat itu kerajaan Mataram sudah terpisah menjadi wilayah Surakarta dan Yogyakarta, di Surakarta sendiri terpecah antara Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran.

Tak lama setelah datang di Hindia-Belanda Deandels selaku utusan Napoleon berbegas membentuk pasukan untuk memperkuat pertahanan melawan Inggris, kemudian di Puro Mangkunegaran dibawah pemerintahan Mangkunegara II dibentuklah Legiun Mangkunegaran, angkatan bersenjata paling elit dan modern di tanah Jawa saat itu. Pasukan ini secara langsung mengadopsi strategi dan sistem perang dari angkatan perang terkuat di dunia yaitu Grande Army yang dikomandoi langsung oleh Napoleon Bonaparte. Tak hanya organisasi perang yang diadopsi oleh Legiun Mangkunegaran namun seragam perangnya pun serupa dengan Grande Army Perancis, pembiayaan pasukan pun disediakan oleh Perancis , pada 1808 Legiun Mangkunegaran digabungkan dengan pasukan Perancis Belanda Java untuk bersatu melawan Inggris.



Tak hanya pasukan perang, pikiran-pikiran Napoleon juga tercermin dalam sistem pertahanan,administrasi dan sistem peradilan. Pengaruh Perancis ini juga nampak pada arsitektur, ornamen dan properti Puro Mangkunegaran.

Posisi Mangkunegaran yang pada saat itu adalah Kadipaten dibawah Keraton Surakarta, hal ini yang membuat Napoleon menghormati kedudukan Pakubowono IV yang saat itu berkuasa di Surakarta. Kemudian Napoleon melalui utusanya memberikan hadiah kepada PB IV berupa Piala/Vas Porselin dan Orgel (kotak musik).



Saat ini kedua benda tersebut disimpan di Museum Radya Pustaka, tak sulit untuk menemukan benda ini masuk dari serambi museum ada ruangan serupa ruang tamu dan dipojok timur ruangan ini Orgel dan Piala tersebut berada, Orgel dan Piala ini diletakan berdampingan didalam wadah kaca. Diantara kedu benda ini terdapat perangkat audio-visual yang menampilkan dan menceritakan tentang perjalanan militer Napoleon Bonaparte hingga hubunganya dengan Raja Jawa.


Beni Sutanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram