Pemerintah Kota Surakarta bersama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Paguyuban Ketoprak Surakarta (Paksura) menggelar Festival Ketoprak Surakarta atau FKS yang memasuki tahun ke-9 di Gedung Teater Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Sabtu-Minggu (6-7/7).
Festival kali ini mengusung tema "Ndhudah Surakarta" yang mengisahkan sejarah panjang berdirinya kota Surakarta, ini terdapat lima sekuel dalam gelaran kali ini yang dibawakan oleh 5 kecamatan di Kota Solo. Pada hari pertama ada tiga sekuel yaitu Geger Pecinan yang dibawakan oleh Kecamatan Jebres, kemudian Bedhah Kartasura oleh Kecamatan Laweyan dan Boyong Kedhaton oleh Kecamatan Serengan. Pada hari kedua ada dua sekuel yaitu Perjanjian Giyanti yang disuguhkan oleh Kecamatan Pasar Kliwon, disambut Raden Mas Said/1786 sajian dari Kecamatan Banjarsari dan ditutup oleh tarian Eksebhisi dari salah satu komunitas seni di Solo.
Festival ketoprak ini selain bertujuan untuk menghidupkan kembali ketoprak di masyarakat, festival ini juga sekaligus meregenerasi seniman ketoprak yang ada di Solo, pada festival ini usia peserta dibatasi yaitu dibawah 40 tahun. Hal ini memang agak mengherankan mengingat sangat jarang anak muda jaman sekarang yang simpati terhadap eksistensi pertunjukan ketoprak yang selalu diidentikan dengan kesenian yang kuno atau kesenianya orang tua. dari sisi penonton apakah anak-anak muda ini mampu membawakan Lakon atau peran yang mereka mainkan.
Namun pemuda-pemudi Kota Solo ini menjawab tantangan tersebut selama 2 hari kursi di Gedung Teater Besar ISI Solo penuh sesak baik lantai 1 mapun 2 bahkan penonton rela berdiri ataupun duduk ditangga. para pemain membawakan lakon dengan penuh penjiwaan walaupun tak jarang mereka lupa script/dialog, namun drama-drama yang disajikan tak hanya sekali membuat penonoton bersorai tepuk tangan, penonton juga dibuat tertawa terbahak-bahak ketika pemain beradegan guyon atau plesetan. Festival Ketoprak menjadi seperti siraman air pagi hari yang menyirami pohon gersang, optimisme akan munculnya bibit-bibit seniman ketoprak baru akan terus tumbuh dan berkembang sampai kesenian tradisonal ini kembali menjadi primadona di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar