Beni Sutanto - Herschrijven

Bercerita tentang tokoh Indo/Indisch sudah pasti yang terlintas adalah Wieteke Van Dort, seniman berparas Londo yang lahir di Surabaya ini memang memiliki segudang bakat beliau adalah aktris, kabaretis, komedian dan juga penyanyi. Beliau sangat populer di Indonesia dan Belanda dekade 1970'an terutama di kalangan orang-orang keturunan Indo-Belanda. Yang paling melekat dari beliau adalah lagu-lagu bernuansa Indo-Belanda dan perannya sebagai Tante Lien dalam sebuah acara televisi di Belanda yaitu The Late Late Lien Show, Wieteke adalah salah satu simbol uniknya budaya Indisch/Indo-Belanda.  Lalu setelah puluhan tahun berkarier sebagai artis multi-talenta dua budaya apa kabarnya kini?

Lahir dengan nama lengkap Louisa Johanna Theodora Wieteke van Dort di Surabaya 16 Mei 1943 atau 81 tahun yang lalu di Rumah Sakit RKZ (St.Vincentius A.Paulo) Surabaya, Wieteke dan keluarganya tinggal di Embongan  yang merupakan kawasan elite yang dihuni orang-orang Eropa pada masa kolonial, Pada usia 14 tahun ketika berlibur ke Belanda bersama dan keluarganya, mereka tidak bisa kembali ke Indonesia karena kebijakan Sukarno yang melakukan pengusiran orang-orang Belanda yang disebut dengan peristiwa Zwarte Sinterklaas/Sinterklas Hitam dan nasionalisasi perusahaan asing secara besar-besaran pada 1957 yang memicu kebencian terhadap orang-orang Eropa dan keturunannya semakin menjadi. Wieteke kemudian menetap di Den Haag dan melanjutkan pendidikan di sekolah drama, bakat membawa namanya malang melintang di radio dan televisi Belanda tak hanya pandai melakonkan peran Wieteke juga memiliki suara yang unik perpaduan antara Belanda dan Jawa, Puncaknya karirnya ketika  beliau menjadi pembawa acara sekaligus membintangi sebagai Tante Lien dalam serial televisi bertajuk The Late Late Lien Show sebuah satu-satunya yang menampilkan budaya dan orang-orang Indisch serta nostalgia kebahagiaan tempo doeloe di Hindia-Belanda, selama tiga musim tayang (1979-1988) Wieteke begitu piawai memainkan perannya sebagai seorang Belanda-Jawa yang sepertinya itu bukan hanya sekedar peran di atas panggung namun ia memerankan dirinya sendiri dalam kehidupan pribadi, acara yang ia bawakan begitu sukses membawa penggemar masuk ke nuansa kesenangan Hindia-Belanda yang telah lama hilang, dalam acara itu juga ditampilkan musik-musik keroncong yang dibawakan oleh tokoh-tokoh Indo-Belanda yang tak jarang juga mereka diajak untuk bercerita tentang kehidupan di Jawa atau Hindia-Belanda tempo dulu, bahkan Tante Lien pernah mengundang pasangan Franz Tumbuan dan Rima Melati yang saat itu merupakan selebritas populer di Indonesia. Dari Tante Lien juga telinga kita mendengar lagu "Geef Mij Maar Nasi Goreng" dari Tante Lien pula orang-orang Belanda murni mengenal budaya Indisch, pun demikian berkat Tante Lien keturunan Belanda di Indonesia seperti di Surabaya,Semarang,Solo,Bandung dan Manado merasa kembali dekat dengan keluargnya yang jauh di Belanda. Sepanjang karirnya Van Dort telah merilis 25 album musik yang di dalamnya juga dimuat lagu-lagu keroncong seperti Bengawan Solo,Kerontjong Kemajoran dan lagu-lagu dengan aliran musik lain yang tak jarang berisi tentang kenangan atau nama kota-kota di Hindia-Belanda, selain itu tampil dalam puluhan drama teatrikal dan puluhan acara televisi di Belanda. Karena ketekunannya dalam memperkenalkan kultur Indisch/indo/Eurasia, pada tanggal 29 April 1999 Van Dort dianugerahi Ridder in de Orde van Oranje-Nassau atau penghargaan Ksatria Bintang Jasa Oranye-Nassau oleh Ratu Beatrix.

Namun kini di usianya yang menginjak 81 tahun Wieteke Van Dort mengalami sakit parah, dalam warta yang dterbitkan Wieteke Van Dort Production pada 29 Mei 2024 kemarin disebutkan bahwa Van Dort menderita kanker metastatis sehingga membuatnya  mengundurkan diri dari semua aktivitasnya, Awalnya, Van Dort mengira itu flu. Pemeriksaan awal di rumah sakit tidak menunjukkan apa-apa. Namun kemudian ia kembali dilarikan ke rumah sakt. "Hasil pemindaian sangat menyedihkan: tumor ditemukan di hatinya dengan metastasis  menjalar ke paru-paru dan otak" kata sekretaris Van Dort untuk De Telegraaf. Terlepas dari semua itu, Van Dort tetap bersikap positif. "Wieteke tetap tegar dalam situasi seperti ini. Dia sadar akan situasinya, tetapi seperti biasa, dia tetap optimis. Dia tidak mengesampingkan keajaiban. Spiritualitasnya yang kuat membantunya untuk bertahan di masa-masa sulit dan tidak pasti ini". Lebih lanjut manajemen mengatakan akan ada pemeriksaan lebih lanjut dan sekarang Wieteke sedang ingin menghabiskan waktu di rumah damai bersama keluarga dan teman-temannya. Tahun lalu Wieteke berperan dalam sebuah film Verliefd op Bali (In Love With Bali), namun saat ini ia harus benar-benar berhenti dari pekerjaan dan harus membatalkan apa yang telah direncanakan agar dapat membantu proses kesembuhannya.

Kita doakan semoga Tante Wieteke/Tante Lien diberikan kesembuhan dan diringankan beban penyakitnya, karena ia bukan hanya sekedar artis ia adalah jembatan hidup antara Indonesia dengan Belanda dan lentera yang paling terang dalam budaya Indisch yang semakin hilang.